Akulah lelaki burung yang mengembara di angkasa fana, dan kembali
menyulam musim semi dengan mimpi mimpi, pada madu madu tetumbuhan perdu.
Aku di sini, pada ujung reranting tepian sungai, setengah pandang
melihatmu di seberang.
Tersebutlah kamu bunga Lili, yang
putih anggun, dengan bulir embun pagi yang masih setia memalun kelopakmu
pada setiap senti. Putik putikmu menjulur mesra, dan nektar nektar tak
teraba sungguh menggoda, ah.. ingin segera aku merengkuh dan
mencecapnya..
Tapi, tunggu! bersebab kamu begitu suci, takkan silap mata kuterbangkan tubuh ini, kepadamu akan kukepakkan sayap sayap syar’i;
Maka, biarkan aku pinta angin angin murobbi lalu menyambangi, menyampaikan segala resah kicau pesanku,
Bolehkah?
0 komentar:
Posting Komentar